TUGAS KELISTRIKAN OTOMOTIF
“AC MOBIL”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kelistrikan
Otomotif
Dosen Pengampu: Drs. Ranto, M.T.
Disusun Oleh:
Chandra
Mukti Dwi Cahya (K2511011)
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas Kelistrikan Otomotif dan untuk memberi tambahan wawasan
mengenai AC mobil
Dalam penyusunan makalah ini tentu banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca demi sempurnanya makalah tersebut.
Surakarta,1 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang............................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah......................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A.
Sejarah AC
mobil............................................................................ 2
B.
Fungsi AC......................................................................................... 3
C.
Komponen dan
Fungsinya........................................................... 3
D.
Prinsip dan Cara Kerja AC............................................................ 24
E.
Kerusakan yang Sering Terjadi dan Cara
Penanganannya........ 25
BAB III PENUTUP........................................................................................ 28
A.
Kesimpulan .................................................................................... 28
B.
Saran................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penggunaan
AC (air conditioner) pada mobil bukan merupakan hal yang bisa dielakkan lagi. Udara
yang semakin panas ditambah polusi udara yang berlebih membuat pemakaian AC
mobil menjadi begitu penting bagi penumpang, baik mobil pribadi maupun angkutan
umum
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang di atas dapat diambil batasan masalah sebagai berikut :
1. Apa fungsi
AC mobil
2. Apa saja
komponen dan fungsi dari komponen tersebut
3. Bagaimana
cara kerja AC
4. Kerusakan
apa saja yang terjadi dan bagaimana cara untuk mengatasinya
C.
Tujuan
Penyusunan
makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat :
1. Mengetahui
fungsi AC mobil
2. Mengetahui
komponen dan fungsi masing-masing komponen AC mobil
3. Mengetahui
cara kerja AC mobil
4. Mengatasi kerusakan pada AC mobil
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah AC
mobil
Pada tahun
1884, William Whiteley mencoba menaruh balok-balok es (es batu) pada bagian
bawah gerobak penumpang yang masih ditarik oleh kuda untuk mendinginkan
penumpang yang ada. Sebuah kipas/fan dengan tenaga angin ditaruh didepannya
yang akan berputar jika gerobak tersebut berjalan. Dengan adanya angin tersebut
melewati balok-balok es / evaporator menuju ruang penumpang sehingga ruangan
gerobak menjadi dingin. Karena udara yang dimasukkan kedalam ruangan adalah
udara dari luar, sehingga udara yang dihirup juga tidak bersih karena bercampur
dengan debu (ini merupakan suatu masalah tersendiri yang juga harus
dipecahkan).
Pada tahun
1930, C&C Kelvinator, membuat sistem pendingin Kelvinator dengan mesin
penggerak tersendiri yang berbahan bakar gasolin.
Pada waktu
yang hampir bersamaan, 1930, Laboratorium Penelitian General Motors
menyampaikan konsep sistem pendingin dengan memakai refrigerant R12. Proposal
tersebut disetujui untuk diaplikasikan pada mobil Cadillac pada tanggal 23
september 1932. Pekerjaan ini dimulai pada tahun 1933 dan dapat diaplikasikan
pada tahun 1939 pada sebuah trunk . Compressor digerakkan oleh v-belt, tetapi
belum memakai magnetic clutch, sehingga jika ingin mematikannya harus melepas
v-beltnya terlebih dahulu.
Pada tahun
1940, Packard Motor Car merilis sistem dual pendingin dan pemanas. Sampai tahun
1942 telah terjual 1.500 buah.
Pada tahun
1953, General Motors membuat sistem A/C mobil yang berbeda dengan sebelumnya,
seperti sistem yang sekarang ini, yaitu compressor dan condensor pada bagian
engine compartement. Dan diaplikasikan untuk yang pertama kali pada mobil
Pontiac pada tahun 1954 oleh Harrison Radiator.
Pada tahun
1954, Manufaktur mobil berlomba-lomba melengkapi mobil buatannya dengan A/C.
Chevrolet dibuatkan General Motors, Chrysler oleh De Soto, Dodge dan Plymouth
dan sebagainya. Sampai tahun 1955 telah terjual 118.000 unit A/C mobil atau
1,5% dari jumlah mobil yang diproduksi.
Perkembangan
di negara selain Amerika juga begitu pesat. Sampai akhirnya bisa kita lihat,
kita sebagai generasi tahun 2000-an, telah menikmati hasil dari jerih payah
pendahulu-pendahulu kita tersebut.
B.
Fungsi AC
Secara umum AC mobil mempunyai fungsi
untuk mempertahankan kondisi udara baik suhu maupun kelembaban di dalam kabin
agar penumpang dapat merasa sejuk dan nyaman. Fungsi lain ialah untuk
pergantian udara serta menjaga kebersihan udara di dalam mobil
C.
Komponen dan
Fungsinya
Komponen AC mobil
dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu komponen utama, komponen pendukung,
dan komponen kelistrikan.
1. Komponen
Utama
Komponen utama AC
mobil terdiri dari kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator. Gambar
di bawah ini menunjukan rangkaian komponen-komponen tersebut. Warna merah
untuk sisi tekanan tinggi, dan warna biru untuk sisi tekanan rendah.
a. Kompresor
Kompresor
merupakan komponen utama AC yang berfungsi untuk mensirkulasikan refrigerant ke
seluruh unit AC dengan cara menaikkan tekanan refrigerant. Fungsi kompresor
mirip dengan fungsi jantung pada tubuh manusia dan refrigerant sebagai
darahnya. Kompresor memiliki dua saluran, yaitu saluran hisap (suction) dan
saluran buang (discharge). Saluran hisap dihubungkan dengan evaporator dan
merupakan sisi tekanan rendah, sedangkan saluran buang dihubungkan dengan
kondensor dan merupakan sisi tekanan tinggi. Refrigeran dalam fase gas pada
tekanan dan temperature rendah dihisap oleh kompresor melalui saluran hisap
kemudian dimampatkan sehingga tekanan dan temperaturnya naik selanjutnya
mengalir ke kondensor melalui saluran buang.
Tipe
kompresor dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tipe resipro (crankshaft),
tipe swash plate, dan tipe wooble plate.
Kompresor
tipe resipro (Crank Shaft)
Kompresor tipe ini
bekerja dengan memanfaatkan gerak putar dari mesin yang diterima oleh crank
shaft kompresor. Di dalam kompresor gerak putar dari crank shaft diubah menjadi
menjadi gerak bolak balik torak untuk menghisap dan memampatkan refrigerant.
Prinsip kerja
kompresor torak terdiri dari dua langkah, yaitu langkah hisap dan langkah
kompresi. Saat langkah hisap torak bergerak turun dari titik mati atas ke titik
mati bawah, volume silinder mengembang sehingga tekanan di dalam silinder turun
atau terjadi kevakuman di dalam silinder. Akibatnya katup hisap membuka dan
refrigerant masuk ke dalam silinder. Proses ini berlangsung sampai torak
mencapai titik mati bawah.
Pada langkah
kompresi, torak bergerak naik dari titik mati bawah ke titik mati atas. Refrigerant
mengalami pemampatan sehingga tekanan dan temperaturnya naik. Akibat tekanan
refrigerant yang tinggi, katup hisap akan menutup dan katup buang membuka
sehingga refrigerant keluar dan mengalir ke kondensor. Gambar 2 memperlihatkan
cara kerja kompresor torak.
Kompresor
tipe Swash Plate
Pada kompresor jenis ini, gerakan torak diatur oleh
swash plate pada jarak tertentu dengan 6 atau 10 silinder. Ketika salah satu
sisi pada torak melakukan langkah tekan, maka sisi yang lainnya melakukan
langkah isap. Pada dasarnya, proses kompresi pada tipe ini sama dengan proses
kompresi pada kompresor tipe crank shaft. Perbedaannya terletak pada adanya
tekanan oleh katup isap dan katup tekan. Selain itu , perpindahan gaya pada
tipe swash plate tidak melalui batang penghubung (connecting rod), sehingga
getarannya lebih kecil. Gambar dibawah ini memperlihatkan bagian-bagian dari
kompresor tipe swash plate.
Kompresor
tipe Wobble Plate
Sistem kerja kompresor tipe ini sama dengan
kompresor tipe swash plate. Namun dibandingkan dengan kompresor tipe swash
plate, penggunaan kompresor tipe wobble plate lebih menguntungkan, diantaranya
adalah kapasitas kompresor dapat diatur secara otomatis sesuai dengan kebutuhan
beban pendinginan. Selain itu, pengaturan kapasitas yang bervariasi akan
mengurangi kejutan yang disebabkan oleh kopling magnetic (magnetic clutch).
Cara kerjanya, gerakan putar dari poros kompresor diubah menjadi gerak
bolak-balik oleh plat penggerak (drive plate) dan wobble plate dengan bantuan
guide ball. Gerakan bolak-balik ini selanjutnya diteruskan ke torak melalui
batang penghubung.
Berbeda dengan jenis kompresor swash plate,
kompresor jenis wobble plate hanya menggunakan satu torak untuk satu silinder.
Meskipun jenis kompresor di atas mempunyai cara
kerja dan konstruksi yang berbeda, namun pada prinsipnya sama, yaitu menekan
refrigerant dan menghasilkan laju aliran massa refrigerant. Sebenarnya masih
ada tipe kompresor lainnya, yaitu kompresor tipe rotary vane dan tipe scroll,
namun jarang digunakan. Berikut ini gambar kompresor tipe wobble plate.
b. Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar kalor yang
berfungsi memindahkan kalor dari refrigerant ke udara lingkungan dengan bantuan
ekstra fan. Konstruksi kondensor sama dengan konstruksi radiator, terdiri dari
susunan pipa-pipa persegi dan sirip-sirip-sirip yang berfungsi untuk
memperbesar laju perpindahan kalor. Kondensor ditempatkan di depan radiator
agar memperoleh aliran udara maksimum. Gambar di bawah ini menunjukkan
konstruksi kondensor.
Refrigeran dalam
fase uap pada tekanan dan temperatur tinggi, mengalir ke dalam kondensor
melalui saluran masuk yang terletak di bagian atas. Di dalam kondensor,
refrigerant mengalami proses pendinginan dan perubahan fase dari gas menjadi
cair akibat pelepasan kalor ke udara lingkungan, sehingga keluar dari
kondensor, refrigerant ada dalam fase cair pada temperature rendah.
c.
Katup
Ekspansi
Komponen
ini berfungsi menurunkan tekanan dan temperature refrigerant, sehingga
menimbulkan efek dingin pada evaporator. Ada 2 jenis katup ekspansi yang
digunakan dalam system AC mobil, yaitu katup ekspansi jenis termostatik dan
katup ekspansi jenis pipa orifice. Gambar di bawah ini menunjukkan kostruksi
katup ekspansi termostatik.
Bagian-bagian
katup ekspansi terdiri dari orifice, sensor, pipa kapiler, diafragma, pen
penekan, plat dan bola, dan pegas. Di dalam sensor dan pipa kapiler berisi gas
yang mudah mengembang (refrigerant, CO2). Selain menurunkan suhu dan tekanan
refrigerant, katup ekspansi termostatik juga berfungsi mengatur banyaknya
refrigerant yang mengalir di dalam system AC mobil. Banyaknya aliran
refrigerant disesuaikan dengan beban panas pada evaporator.
Prinsip
kerja katup ekspansi termostatik dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada kondisi
beban panas normal, refrigerant cair bertekanan tinggi masuk ke dalam katup
ekspansi melewati orifice dalam jumlah yang sesuai dengan di atur pembukaannya
oleh pegas. Pada kondisi ini tekanan di sisi atas diafragma sama dengan tekanan
di sisi bawah. Saat melewati orifice, refrigerant mengalami proses pengabutan
sehingga tekanan dan temperaturnya turun yang selanjutnya mengalir ke
evaporator.
Ketika
beban panas di evaporator meningkat, refrigerant yang mengalir pada saluran
keluar evaporator akan mengalami kenaikan temperature. Kondisi ini menyebabkan
gas yang ada di dalam sensor dan pipa kapiler akan mengembang dan mengalami
kenaikan tekanan. Selanjutnya, gas akan menekan diafragma dan mendorong plat
dan pegas melalui pen penekan. Ini menyebabkan saluran orifice terbuka lebih
lebar sehingga lebih banyak refrigerant yang mengalir ke evaporator. Kondisi
ini akan berlangsung terus sampai beban panas kembali normal.
Kondisi
sebaliknya terjadi saat beban panas berkurang. Pada kondisi ini, refrigerant
pada saluran keluar evaporator mengalami penurunan temperature. Hal ini
menyebabkan gas yang ada di dalam sensor dan pipa kapiler mengalami penyusutan.
Akibatnya tekanan di sisi atas diafragma menjadi lebih kecil dari pada tekanan
di sisi bawah. Pegas akan menekan plat dan bola ke atas. Akibatnya saluran
orifice akan mengecil sehingga hanya sedikit refrigerant yang mengalir ke
evaporator. Kondisi ini akan berlangsung terus sampai beban panas kembali
normal.
Gambar di bawah menunjukkan katup ekspansi jenis pipa orifice.
Gambar di bawah menunjukkan katup ekspansi jenis pipa orifice.
Berbeda
dengan katup ekspansi termostatik, katup ekspansi pipa orifice hanya berfungsi
menurunkan tekanan refrigerant dan tidak mengatur jumlah aliran refrigerant ke
evaporator. Oleh karena itu, pada system AC yang menggunakan katup jenis ini,
di saluran sebelum masuk evaporator di pasang akumulator yang berfungsi untuk
menampung sementara refrigerant sebelum masuk evaporator.
Pada
katup ekspansi pipa orifice terdapat sebuah lubang kecil yang berdiameter tetap
sebagai media untuk menurunkan tekanan refrigerant dan kasa penyaring (filter
screen) di sisi masuk dan keluar untuk menyaring kontaminan yang terbawa oleh
refrigerant. Namun, katup pipa orifice jarang sekali digunakan pada unit AC
mobil di Indonesia. Biasanya digunakan pada mobil-mobil keluaran Eropa atau
Amerika.
d. Evaporator
Evaporator merupakan alat penukar kalor yang
berfungsi memindahkan kalor dari udara yang dikondisikan ke refrigerant.
Seperti kondensor, evaporator tersusun dari pipa-pipa dan sirip-sirip dalam
jumlah yang banyak. Refrigeran masuk evaporator dalam bentuk kabut pada tekanan
dan temperature rendah. Udara dari kabin dihembuskan oleh blower melewati
kisi-kisi evaporator. Udara yang bertemperatur lebih tinggi daripada
refrigerant yang mengalir dalam evaporator, akan melepaskan kalor dan diserap
oleh refrigerant, sehingga temperature udara turun menjadi lebih dingin yang
selanjutnya akan mendinginkan udara dalam kabin. Refrigeran keluar dari
evaporator dalam fase uap
2. Komponen pendukung
Komponen pendukung
pada system AC mobil terdiri dari receiver (filter dryer), accumulator, minyak
pelumas (oli kompresor), shaft seal, pipa refrigerant, idle up, pulley dan
belt, dan ekstra fan.
a. Receiver (Filter
Dryer)
Komponen ini
sering digunakan pada AC mobil yang menggunakan katup ekspansi termostatik
untuk menurunkan tekanan refrigerant. Komponen ini diletakkan di antara
kondensor dan evaporator sebelum katup ekspansi. Di dalam receiver terdapat
saringan dan pengering yang berfungsi menyerap kotoran dan air yang terbawa
bersirkulasi bersama refrigerant. Filter terpasang pada saluran keluar receiver
bagian dalam. Filter ini terbuat dari kasa tembaga dan berfungsi menyaring
kotoran agar tidak masuk ke katup ekspansi. Pada bagian atas receiver terdapat
sight glass yang berfungsi untuk mengetahui kondisi refrigerant dalam system
AC. Di dalam dryer berisi desiccant (zat yang dapat menyerap uap air) yang
berupa silicagel untuk penggunaan R-12 dan zeolit untuk penggunaan R-134a.
Receiver merupakan
tempat penyimpanan sementara refrigerant setelah dicairkan oleh kondensor dan
sebelum masuk ke katup ekspansi. Fungsi lainnya adalah sebagai penyaring
kotoran dalam system sirkulasi AC. Receiver juga berfungsi memisahkan kadar air
dan kotoran yang terbawa saat bersirkulasi bersama refrigerant.
b. Accumulator
Accumulator biasanya digunakan pada system AC mobil
yang menggunakan pipa orifice sebagai alat penurun tekanan refrigerant.
Accumulator terletak diantara evaporator dan kompresor. Accumulator berfungsi
sebagai alat penampung sementara refrigerant cair yang bertemperatur rendah,
serta campuran minyak pelumas dari evaporator.
Refrigeran yang telah disimpan berupa gas,
dialirkan dari bagian atas accumulator melalui saluran isap menuju ke
kompresor. Accumulator juga berfungsi mencegah refrigerant cair agar tidak
mengalir ke kompresor. Di dalam accumulator terdapat desiccant seperti pada
receiver.
c. Minyak Pelumas
(Oli kompresor)
Oli kompresor pada system AC berfungsi sebagai
pelumas bagian-bagian kompresor yang bergesekan, untuk meredam panas dan
melancarkan pergerakan bagian-bagian kompresor. Sebagian kecil oli kompresor
bercampur dengan refrigerant dan ikut bersirkulasi melewati kondensor dan
evaporator. Minyak pelumas kompresor harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut.
Mempunyai
struktur kimia yang stabil, tidak mudah berreaksi dengan refrigerant atau benda
lain yang digunakan pada system pendingin.
Tidak
merusak bahan tembaga pada suhu 120oC.
Tidak
mengandung air, ter, lilin, dan kotoran lainnya.
Mempunyai
titik beku yang rendah.
Tidak
berbusa.
Mempunyai
tahanan listrik (dielektrik) yang kuat.
Dapat
memberikan pelumasan yang baik pada temperature tinggi maupun rendah.
Proses penyaluran
dan jenis minyak pelumas pada tiap-tiap kompresor berbeda. Untuk kompresor
jenis resipro, penyaluran minyak pelumas dari bagian bawah kompresor (di bak
alas kompresor) yang diisap oleh pompa yang terpasang di bagian belakang
kompresor. Kemudian minyak pelumas yang masuk ke dalam saluran poros engkol
dialirkan kedua jurusan, yaitu ke bagian bearing muka-belakang dan ke dinding
piston melalui pena piston. Minyak pelumas yang sudah disalurkan ke
bagian-bagian tersebut akan kembali lagi ke bak alas kompresor untuk sirkulasi
berikutnya.
Pada kompresor
tipe swash plate, terdapat plat rotasi miring yang menggerakkan torak ke kana
dan ke kiri. Minyak pelumas yang keluar dari saluran dalam poros penggerak
mengalir hingga ke permukaan plat rotasi miring akibat gaya sentrifugal. Minyak
pelumas yang terhambur dengan putaran plat rotasi miring ini mampu melumasi torak
sehingga tidak cepat aus.
d. Shaft seal
Refrigeran dan minyak pelumas dalam kompresor
sangat rentan terhadap kebocoran, baik saat kompresor sedang beroperasi maupun
tidak. Untuk mencegah kebocoran, digunakan penyekat (seal) yang dipasang pada
poros kompresor. Komponen ini terdiri dari dua bagian, yaitu shaft seal dan
plate seal. Shaft seal ada dua jenis, yaitu mechanical seal dan lip seal. Shaft
seal terdiri dari gelang penahan, O-ring, ring karbon, dan plate seal. Plate
seal yang tertahan rapat oleh gelang penahan dengan ring karbon akan tertekan
oleh pegas, sehingga mampu mencegah kebocoran refrigerant dan minyak pelumas.
e. Pipa refrigerant
Pipa refrigerant AC terbuat dari karet (pipa
elastic) dan pipa logam yang tahan terhadap tekanan dan temperature tinggi
serta tahan terhadap getaran. Bagian dalam pipa logam terbuat dari tembaga dan
alumunium yang diproses dengan baik sehingga lebih tahan terhadap unsur kimia
dalam refrigerant. Pipa karet dibuat berlapis-lapis agar lebih kuat menahan
kebocoran dan reaksi unsur kimia.
f.
Iddle
Up
Alat ini berfungsi
menaikkan puaran mesin ketika AC mobil dihidupkan (saat putaran mesin masih
idling/stasioner) sehingga mesin mobil terhindar dari beban yang berlebihan
(overload).
Ada dua jenis Iddle up, yaitu jenis Vacuum Switch Valve (VSV) dan Throttle Position (TP).
Ada dua jenis Iddle up, yaitu jenis Vacuum Switch Valve (VSV) dan Throttle Position (TP).
Vacuum
Switch Valve (VSV)
Pada vacuum switch valve terdapat komponen coil magnet, compression spring, dan moving core. Coil magnet pada VSV terhubung secara parallel dengan magnetic clutch pada kompresor, sehingga apabila magnetic clutch bekerja, coil magnet pada VSV akan menimbulkan tenaga magnet.
Pada vacuum switch valve terdapat komponen coil magnet, compression spring, dan moving core. Coil magnet pada VSV terhubung secara parallel dengan magnetic clutch pada kompresor, sehingga apabila magnetic clutch bekerja, coil magnet pada VSV akan menimbulkan tenaga magnet.
Throttle
Position
Throttle Position (TP) terdiri atas diafragma dan throttle valve. Dalam hal ini VSV berfungsi mengatur ruang diafragma pada TP, sehingga ruang diafragma tersebut dapat terhubung dengan sumber vacuum (vacuum tank) dan di saat tertentu terhubung dengan udara luar.
Throttle Position (TP) terdiri atas diafragma dan throttle valve. Dalam hal ini VSV berfungsi mengatur ruang diafragma pada TP, sehingga ruang diafragma tersebut dapat terhubung dengan sumber vacuum (vacuum tank) dan di saat tertentu terhubung dengan udara luar.
Pada
saat AC mobil dihidupkan dan mesin mobil dalam keadaan stasioner, maka koil
magnet pada VSV akan bekerja dan menimbulkan tenaga magnet. Tenaga magnet
tersebut akan menggerakkan moving core untuk menghubungkan ruang diafragma
dengan vacuum tank.
Sistem kerja TP dimulai ketika terjadi kevakuman pada vacuum tank.
Sistem kerja TP dimulai ketika terjadi kevakuman pada vacuum tank.
Throttle
set akan bergerak dan mengubah posisi venture karburator kea rah penambahan
bahan bakar, sehingga putaran mesin akan meningkat. Namun ada juga yang tidak
mengandalkan tingkat kevakuman, yaitu saat koil magnet pada VSV menimbulkan
tenaga magnet, moving core pada VSV menghubungkan ruang diafragma dengan ruang
atmosfer yang sebelumnya terhubung dengan vacuum tank. Karena tidak ada
kevacuman pada ruang diafragma, maka kekuatan spring pada ruang diafragma akan
mempengaruhi kerja throttle set pada TP. Dengan demikian posisi venture pada
karburator akan berubah ke arah penambahan bahan bakar, sehingga putaran mesin
akan naik. Meskipun cara kerja keduanya sama, namun mengingat konstruksi
karburator pada masing-masing mobil berbeda, maka dibuat dua macam system kerja
untuk mempermudah system pemasangannya.
g.
Pulley
dan belt
Pulley berfungsi
sebagai rumah belt. Pulley dan belt merupakan komponen penerus tenaga dari
mesin ke kompresor AC mobil. Jenis belt yang digunakan pada AC mobil
diantaranya adalah V belt dan ribbed belt. Perbedaan keduanya terletak pada
bentuk dan kemampuan meneruskan tenaga. Jenis ribbed belt memiliki kemampuan
meneruskan tenaga lebih baik dari pada jenis V belt dan tidak mudah slip.
h.
Kipas
(Extra Fan)
Ekstra fan
berfungsi mensirkulasikan udara di dalam dan di luar kabin. Motor blower
terdapat di dalam kabin, sedangkan fan (extra fan) terletak di luar kabin. Blower
pada kabin terdiri atas motor penggerak dan blower/ sudu-sudu yang digerakkan.
Umumnya, tipe blower yang sering digunakan adalah tipe sirrocco. Extra fan yang
terdapat di luar kabin (pada kondensor) juga terdiri dari motor penggerak dan
fan yang digerakkan. Jenis fan yang umum digunakan adalah jenis axial flow.
3.
Komponen Kelistrikan
Komponen
kelistrikan terdiri dari sakelar (Selector switch), kopling magnet (Magnetic
clutch), thermostat (Thermoswitch), pengatur suhu elektronik (Thermistor),
pressure switch, relay, dan amplifier.
a.
Sakelar
(Selector switch)
Sakelar yang
digunakan pada system AC mobil umumnya adalah jenis sakelar putar. Sakelar ini
digunakan untuk mematikan dan menghidupkan kompresor, serta memilih kecepatan
putaran blower evaporator. Sakelar terdiri dari tombol putar (menunjuk posisi
off, low, medium, dan high) dan terminal listrik.
Saat tombol diputar pada posisi off, hubungan antar terminal terputus.
Saat tombol diputar pada posisi off, hubungan antar terminal terputus.
Pada posisi low,
sakelar akan menghubungkan terminal line ke posisi low dan kompresor. Pada
posisi medium, sakelar akan menghubungkan terminal line ke posisi medium dan
kompresor. Pada posisi high, sakelar akan menghubungkan terminal line ke posisi
high dan kompresor. Untuk mengetahui adanya arus listrik yang menghubungkan
antar terminal pada sakelar, digunakan multitester.
b. Kopling magnet
(Magnetic Clutch)
Kopling magnet berfungsi memutus dan menghubungkan
kompresor dengan pully penggeraknya. Saat mesin mobil bekerja, pulley berputar
karena terhubung dengan mesin melalui belt. Pada saat ini kompresor belum
bekerja. Ketika system AC dihidupkan, amplifier memberikan arus listrik ke koil
stator sehingga timbul medan electromagnet yang akan menarik pressure plate dan
menekan permukaan pulley. Hal ini menyebabkan pressure plate berputar mengikuti
putaran pulley sehingga kompresor akan berputar. Kopling magnet memiliki tiga
bagian utama sebagai berikut.
Stator
Stator merupakan gulungan magnet (magnet coil) yang terpasang pada rumah kompresor.
Stator merupakan gulungan magnet (magnet coil) yang terpasang pada rumah kompresor.
Rotor
Rotor merupakan bagian yang berputar yang terhubung dengan poros mesin melalui belt. Diantara permukaan bagian dalam dari rotor dan front housing dari kompresor terpasang bantalan.
Rotor merupakan bagian yang berputar yang terhubung dengan poros mesin melalui belt. Diantara permukaan bagian dalam dari rotor dan front housing dari kompresor terpasang bantalan.
Pressure
Plate
Pressure plate merupakan bagian yang dipasang pada poros kompresor
Pressure plate merupakan bagian yang dipasang pada poros kompresor
c. Thermostat (Thermoswitch)
Alat ini berfungsi memberikan sinyal kondisi
temperature kabin ke kompresor secara otomatis. Di dalam thermostat terdapat
sensor yang akan mendeteksi suhu pada evaporator. Jika thermostat rusak,
evaporator bisa membeku karena pemutus arus listrik tidak bekerja.
Tanda-tanda kerusakannya antara lain keluarnya asap
dari kisi-kisi AC serta adanya tetesan air seperti embun yang keluar dari
evaporator.
Thermostat juga berfungsi mengatur proses kerja kompresor AC. Pada thermostat terdapat tabung indra panas yang berisi gas yang sangat peka terhadap perubahan suhu. Tabung ini terpasang pada evaporator di bagian saluran angin keluar. Ketika suhu penguapan refrigerant cair di dalam evaporator naik, gas di dalam tabung indra panas akan memuai dan mendorong alas diafragma ke atas. Dengan demikian, sakelar yang terhubung dengan magnetic clutch akan mendapat aliran listrik, sehingga kompresor bekerja. Sebaliknya, jika suhu pada saluran angin keluar di evaporator turun melewati batas normal, gas di dalam tabung indra panas akan menyusut. Alas diafragma yang sebelumnya terdorong oleh tekanan gas akan kembali ke bawah karena terikan pegas, sehingga sakelar memutus arus listrik ke kopling magnet. Akibatnya kompresor berhenti bekerja.
Thermostat juga berfungsi mengatur proses kerja kompresor AC. Pada thermostat terdapat tabung indra panas yang berisi gas yang sangat peka terhadap perubahan suhu. Tabung ini terpasang pada evaporator di bagian saluran angin keluar. Ketika suhu penguapan refrigerant cair di dalam evaporator naik, gas di dalam tabung indra panas akan memuai dan mendorong alas diafragma ke atas. Dengan demikian, sakelar yang terhubung dengan magnetic clutch akan mendapat aliran listrik, sehingga kompresor bekerja. Sebaliknya, jika suhu pada saluran angin keluar di evaporator turun melewati batas normal, gas di dalam tabung indra panas akan menyusut. Alas diafragma yang sebelumnya terdorong oleh tekanan gas akan kembali ke bawah karena terikan pegas, sehingga sakelar memutus arus listrik ke kopling magnet. Akibatnya kompresor berhenti bekerja.
d. Pengatur suhu
elektronik (Thermistor)
Termistor adalah sebuah resistor yang mempunyai
koefisien termal negative. Artinya, semakin rendah suhunya, semakin tinggi
tahanannya, dan sebaliknya. Sifat ini dimanfaatkan oleh amplifier untuk
menghidupkan dan mematikan kompresor. Pada suhu tinggi, tahanan thermistor
rendah, amplifier akan mengalirkan arus listrik dari baterai ke kopling magnet,
sehingga kompresor bekerja. Pada saat suhu rendah, tahanan thermistor tinggi,
amplifier akan memutus arus listrik dari baterai ke kopling magnet, sehingga
kompresor tidak bekerja.
e. Pressure Switch
Pressure switch merupakan komponen kelistrikan AC
mobil yang berfungsi memutus dan menghubungkan aliran listrik yang menuju ke
kompresor yang bekerja berdasarkan tekanan refrigerant. Pada tekanan
refrigerant yang tidak normal, pressure switch akan bekerja. Pressure switch
yang banyak digunakan pada system AC mobil adalah tipe dual pressure switch.
Pressure switch dipasang pada pipa yang berisi cairan diantara receiver dan
katup ekspansi. Alat ini mampu mendeteksi ketidaknormalan tekanan di dalam
system dan akan memutus aliran listrik yang menuju kopling magnet jika terjadi
tekanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga kompresor berhenti
bekerja.
Pressure switch akan bekerja pada tekanan 448 psi
untuk R-134a dan 378 psi untuk R-12.
Jika terdapat kebocoran pada pipa, seal, dan pada
sambungan antar komponen sehingga tekanan dalam system cukup rendah, sekitar 28
psi untuk R-134a dan 378 psi untuk R-12, pressure switch akan mematikan kopling
magnet.
f.
Relay
Relay berfungsi mengalirkan arus listrik ke kopling
magnet, blower motor, dan ke peralatan lain pada system AC mobil. Relay
diperlukan untuk mencegah kerusakan pada kunci kontak. Aliran listrik yang
langsung dari baterai ke kopling magnet atau ke blower melalui kunci kontak
akan menyebabkan titik-titik kunci kontak cepat aus dan terbakar.
Jika menggunakan relay, kunci kontak hanya
mengalirkan arus listrik yang kecil ke koil relay. Kemagnetan pada koil relay
akan menghubungkan titik-titik kontak relay yang akan mengalirkan arus listrik
yang cukup besar dari baterai ke kopling magnet ataupun ke motor blower. Jika
kunci kontak memutuskan arus listrik ke koil relay, maka kontaktif relay akan
terputus secara otomatis sehingga arus listrik dari baterai ke kopling magnet
ataupun ke motor blower akan terputus.
g. Amplifier
Amplifier merupakan rangkaian elektronik yang
berfungsi mengatur kerja AC mobil agar selalu dalam kondisi aman dan sesuai
dengan keinginan pemakai. Pada prinsipnya amplifier bekerja sebagai relay
otomatis yang menghubungkan dan memutus aliran listrik dari baterai yang menuju
ke kopling magnet. Terdapat dua jenis amplifier yang digunakan pada AC mobil,
yaitu temperature control amplifier dan temperature control idling stabilizer
amplifier.
Pengatur
suhu (Temperature Control)
Amplifier jenis ini bekerja mengatur suhu dari
ruangan yang didinginkan sehingga selalu dalam kondisi ideal. Rangkaian dasar
temperature control adalah thermistor dan resistor pengatur temperature.
Resistor pengatur temperature adalah suatu resistor yang nilai tahananya dapat
diubah-ubah secara manual. Jika tahanan resistor ditetapkan pada nilai
tertentu, ini berarti sama dengan menetapkan suhu ruangan yang didinginkan pada
batas-batas tertentu.
Thermistor pada rangkaian control temperature berfungsi sebagai sensor suhu berdasarkan perubahan nilai tahanannya digabungkan dengan nilai tahanan dari resistor pengatur temperature. Hasilnya dikirim ke amplifier berupa sinyal listrik. Pada amplifier sensor suhu diolah lagi secara elektronik yang hasilnya dapat menutup dan membuka kontaktif relay di amplifier.
Thermistor pada rangkaian control temperature berfungsi sebagai sensor suhu berdasarkan perubahan nilai tahanannya digabungkan dengan nilai tahanan dari resistor pengatur temperature. Hasilnya dikirim ke amplifier berupa sinyal listrik. Pada amplifier sensor suhu diolah lagi secara elektronik yang hasilnya dapat menutup dan membuka kontaktif relay di amplifier.
Idling
stabilizer amplifier
Idling stabilizer amplifier berfungsi sebagai
pengatur AC mobil agar selalu bekerja pada batas minimal putaran mesin mobil.
Ini dimaksudkan agar pada putaran rendah mesin tidak mengalami kelebihan beban
(overload) ketika system AC bekerja. Sumber sensor putaran mesin diambil dari
system pengapian, yaitu minus (-) ignition coil. Sinyal listrik yang didapat kemudian
diolah secara elektronik di dalam amplifier yang hasilnya dapat membuka dan
menutup kontak relay amplifier. Selanjutnya sinyal listrik yang menghubungkan
baterai dengan kopling magnet diatur agar hanya bekerja mengalirkan arus
listrik dari baterai ke kopling magnet pada batas putaran minimal (umumnya 850
– 1050 rpm).
D.
Prinsip dan Cara Kerja AC
Prinsip
kerja AC
Mobil adalah dengan mensirkulasikan refrigerant atau freon pada
komponen ac mobil yang merupakan sirkulasi tertutup.
Siklus atau sirkulasi refrigerant pada sistem ac mobil bisa
di lihat pada gambar di atas yang bisa di jelaskan sebagai berikut:
1.
Kompressor
ac berputar menghisap freon pada sisi tekanan rendah dan memompa gas
refrigerant menuju kondensor ac dalam kondisi bertekanan dan bertemperatur
tinggi, selanjutnya freon yang bertekanan tinggi dan berupa gas di rubah
menjadi cair oleh kondensor ac.
2.
Freon
yang berbentuk cair melewati receiver drier untuk di saring atau difilter jika
terdapat kotoran
3.
Setelah
melewati receiver drier freon cair bertekanan tinggi menuju expansi valve
melewati saluran sempit pada expansi valve dan di kabutkan pada
evaporator atau di rubah wujudnya dari cair menjadi gas.
4.
Dari
evaporator selanjutnya gas refrigerant atau freon kembali dihisap oleh
kompressor dan siklus berulang dari awal.
Sedangkan cara kerja ac mobil
dibagi menjadi tiga kondisi yaitu :
1.
Saat ac mobil mati
Pada saat ini semua gas freon yang ada dalam sistem ac
mempunyai suhu dan tekanan yang sama yaitu tekanan berada dikisaran 120 - 150
psi
2.
Saat ac mobil baru dinyalakan
gas freon dipompa kompresor untuk dialirkan kesemua sistem
dan dikabutkan oleh expansi valve ke evaporator menjadi uap dingin yang
kemudian ditiup oleh udara blower ke seluruh kabin .pada tahap ini beban
pendinginan pada ruangan masih besar maka lubang pada expansivalve ( D
)membesar dan pengabutannya pun lebih banyak sehingga pendinginan ruangan akan
lebih cepat tercapai .
3.
Pada saat ac sudah lama nyala dan ruangan suhunya sudah
rendah
gas freon dipompa kompresor untuk dialirkan kesemua system dan dikabutkan oleh expansi valve ke evaporator menjadi uap dingin yang kemudian ditiup oleh udara blower ke seluruh kabin .pada tahap ini beban pendinginan pada ruangan sudah tercapai maka lubang pada expansivalve mengecil dan pengabutannya pun lebih sedikit .saat kedinginan sudah mencapai derajat tertentu kompresor akan berhenti bekerja dan kemuadian akan nyala kembali untuk memulai proses pendinginan
biasanya setelan otomatis kompresor pada suhu 0 - 5 derajat C = ( 0 komp mati ,5 komp nyala )
gas freon dipompa kompresor untuk dialirkan kesemua system dan dikabutkan oleh expansi valve ke evaporator menjadi uap dingin yang kemudian ditiup oleh udara blower ke seluruh kabin .pada tahap ini beban pendinginan pada ruangan sudah tercapai maka lubang pada expansivalve mengecil dan pengabutannya pun lebih sedikit .saat kedinginan sudah mencapai derajat tertentu kompresor akan berhenti bekerja dan kemuadian akan nyala kembali untuk memulai proses pendinginan
biasanya setelan otomatis kompresor pada suhu 0 - 5 derajat C = ( 0 komp mati ,5 komp nyala )
E. Kerusakan yang Sering Terjadi dan Cara Penanganannya
a.
Sistem yang tidak bekerja :
1. Periksa fuse
2. Periksa kekencangan vanbelt atau
ganti belt
3. Periksa arus listrik pada cluth,
jika ada arus listrik, periksa kerusakan pada cluth, pastikan sambungan graund
dengan baik.
4. Periksa control system, relly,
thermostat dan termistor.
5. Periksa semua sambungan dan
kebocoran atau rembesan pada house / pipa.
b.
Bunyi pada sistem :
1.
Rusak atau
kurang bagusnya sambungan compressor cluth.
2.
Lepas atau
pemakaian vanbelt yang berlebihan.
3.
Cluth bunyi
4.
Compressor
bunyi : maunting lepas atau aus pada bagian dalam
5.
Panel dari
mobil lepas
6.
Compressor oli
terlalu rendah
7.
Fan blower
bunyi : penggunaan yang berlebihan pada motor
8.
Idle pully dan
bearing cacat atau rusak
9.
Pengisian pada
system berlebihan – bunyi gemuruh atau getaran. Pada jalur high pressure, bunyi
berdetak pada compressor.
10. Kurangnya pengisian pada system
- terdengar suara mendesis di evaporator yang berasal dari expansion.
c.
Pendinginaan yang terputus-putus :
1. Rusaknya pemutus aliran, switch
blower atau blower motor
2. Buruknya sambungan untuk graund
atau lepasnya sambungan arus listrik ke compressor
3. Compressor cluth selip
4. Expansion beku, kemungkinan
disebabkan karena adanya kelembaban didalam system
5. Evaporator beku, thermostat,
thermistor fin coil, setting keduanya terlelu rendah atau rusak
6. Fin evaporator tersumbat
d.
Pendinginan yang tidak cukup dari sistem :
1. Blower motor lemah
2. Compressor cluth sirp / selip
3. Bagian sirkulasi keluaran blower
terhambat
4. Tersumbatnya saringan udara /
filter udara
5. Sirkulasi udara pada condensor
kurang / fin condensor tertutup kotoran / pendinginan kondensor kurang
6. Evaporator tersumbat atau kotor
7. Ventilasi udara luar terbuka
8. Kurangnya refrigerant / Freon
9. Aliran di expansion tersumbat, di
tandai dengan alat ukur tekanan normal atau terlihat adanya peningkatan tekanan
di discharge pressure, dan rendah suction pressure dengan keluarnya udara dari
evaporator dengan suhu yang tinggi
10. Thermal abnormal pada
expansion berubah, di tandai dengan alat ukur tekanan bagian low terlihat
tinggi dan terjadi pembekuan pada evaporator dan jalur suction
11. Aliran di receiver / drier
tersumbat ditandai dengan alat ukur tekanan bagian HIGH Tinggi pada bagian LOW
Rendah liquid house dingin, kemungkinan beku
12. Ada kelembaban dalam system,
indikasi pada alat ukur tekanan terlihat tekanan berlebihan
13. Ada udara dalam system
14. Thermostat, thermistor tidak sesuai
/ rusak
e.
Sistem tidak dingin :
1. Fuse putus
2. Rusak atau terputus aliran listrik
pada kabel
3. Rusak atau terputus aliran untuk
massa / graund
4. Cluth terbakar
5. Switch kontak pada thermostat rusak
atau elemen sensor rusak
6. Blower motor terputus atau blower
terbakar
7. Graund untuk ignation switch atau
relly terbakar / tidak normal
8. Lepas atau rusak pada vant belt
9. Sebagian part pada system ac beku
10. Kerusakan pada sambungan pipa /
house bocor
11. Adanya kebocoran pada system ac
12. Aliran Freon / refrigerant
tersumbat
13. Pressure switch tidak bekerja
14. Heater tidak bekerja / udara panas
masuk
15. Tidak adanya kompresi pada compressor
/ noise
f.
Bau pada AC
1. Cara mengatasi atau menghilangkan bau tak sedap pada ac mobil dengan cara mencuci blower dan evaporator AC
mobil yang kotor (banyak debu dan kotoran). Kemudian dilanjutkan dengan
mengkuras freon dan mengganti filter ac untuk mobil yang memiliki filter. Dan
yang terakhir, melakukan pembersihan pada kabil mobil kita.
2. Apabila masih bau, biasanya masih bisa diatasi (dengan cara menjemur
mobil tersebut di bawah diterik matahari
dengan kaca mobil yang terbuka.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fungsi AC adalah untuk menjaga kelembaban, temperature,kebersihan udara.
masalah-masalah yang sering timbul pada AC antara lain : kerusakan
kompresor yang menyebabkan ac kurang
dingin dan boros bahan bakar serta Ac yang bau
B. SARAN
Untuk memaksimalkan fungsi AC mobil ,komponen-komponen yang mendukung
kinerja AC haruslah diperhatikan. Pemeriksaan berkala akan membantu pengurangan
resiko kerusakan pada komponen-komponen AC
DAFTAR PUSTAKA
http://pacmobil.org/index.php?option=com_content&view=article&id=48:sejarah&catid=25:the-project&Itemid=50
http://otogembel.wordpress.com/2012/09/22/komponen-ac-mobil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar